Sabtu, 02 November 2013

Tulisan 11



Impor BBM melambat, perdagangan dan fiskal nasional makin sehat

Merdeka.com - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan kebijakan pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) memberi dampak positif pada perdagangan. Menurut dia, hal serupa juga terjadi pada sektor fiskal.

Pengurangan subsidi BBM dengan cara menaikkan harga berimplikasi pada meredanya impor BBM itu sendiri. Selama ini impor BBM menjadi penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan Tanah Air.
"Ini dahsyat karena ada dua hal yang terpenuhi. Satu pengurangan impor dan satu lagi pengurangan subsidi BBM. Ini bagus, bukan cuma perdagangan tapi fiskal juga," ujar Gita usai menghadiri pengajian di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (27/10).

Gita mengatakan, lonjakan impor sektor migas selama ini karena penggunaan BBM yang semakin bertambah akibat bertumbuhnya perekonomian. Hal itu membuat anggaran subsidi BBM membengkak.
"Sampai kemarin kita defisit hanya karena migas, mencapai USD 8,5 miliar. Sedangkan non migas surplus USD 3,5 miliar," terang dia.

Lebih lanjut, Gita menyatakan, kenaikan harga BBM turut menyumbang dampak positif berupa kebijakan penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN).
"Kenaikan harga BBM akhir Juni dan sikap kita untuk biofuel. Kita bisa mencapai 10 persen dari total kita menggunakan kelapa sawit," pungkas dia.


Analisis:
Dampak dari keterlambatan  BBM import adalah kelangkaan BBM dan otomatis disertai kenaikan harga BBM, Mungkin bagi sebagian orang, kenaikan BBM merupakan malapetaka, karna harus mengeluarkan uang lebih dari biasanya. Tapi disisi lain kenaikan BBM ini dapat menurunkan tingkat import BBM itu sendiri, dan mengurangi jumlah subsidi yang harus dikucurkan pemerintah. Subdsidi berkurang, maka berkurang pula defisit neraca perdagangan Negara ini.



Dikutip Tanggal : 02-11-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar