Kamis, 08 Januari 2015

Tugas softskill 4

Job creator atau job seeker ???
Setelah lulus mau jadi apa kita nanti ?, itulah pertanyaan yang selalu ada dibenak para wisudawan/wisudawati, begitu juga dengan saya yang sebentar lagi memasuki semester terkakhir dalam menempuh pendidikan S1 Akuntansi. Apalagi tahun 2015 akan dilaksanakan MEA ( Masyarakat Eonomi Asean). Persaingan didunia pekerja semakin ketat. Bukan hanya keberuntungan saja yang kita butuhkan, keahlian dan kecerdasan juga menjadi penolong untuk bersaing.
Menjadi pekerja atau Wirausaha itulah yang sedang dipikirkan para fresh graduation (biasa kita sebut seperti itu). Dari kecil saya bercita cita menjadi guru, ya otomatis saya menjadi pekerja atau job seeker, tapi terkadang saya juga ingin bekerja sesuai dengan keahlian saya, menjadi seorang akuntan misalnya, atau menjadi seorang auditor di suatu perusahan ternama. Menjadi akuntan yang baik bukan lah hal mudah. Belajar selama prkuliahan saja rasanya sudah cukup menguras otak, apa lagi saya harus bekerja sebagai akuntan atau bahkan auditor yang tenaga dan keahliannya sangat diforsir. Suka atau tidak harus ikut dengan peraturan perusahaan yang telah dijalankan sebelumnya, mulai dari jam masuk, jam pulang, hingga hari libur. Bahkan gaji yang didapat terkadang tidak sesuai ddengan tanggung jawab yang diemban.
Rasanya job seeker terasa mengemban beban yang lebih dibanding job creator. Tidak bermaksud untuk membandingkan antara keduanya, hanya saja saya memandang dari sisi job seeker. Tapi resiko dalam kegagalan financial yang ditanggung oleh job seeker lebih rendah disbanding job creator. Maksudnya, job seeker setiap bulan pasti mendapatkan gaji yang telah disepakati, mungkin job creator lebih sering  mendapatkan pendapatan dengan nominal lebih besar disbanding jjob seeker, tapi tidak menutup kemungkinan akan mengalami kegagalan pendapatan di waktu yang tak tentu. Untuk menghindari itu saya lebih tertarik pada job seeker.
Menjadi job creator tidak mudah, harus mempunyai pengalam dan pemikiran yang matang agar usahanya bias mengembangkan sayap. Tidak hanya pengalaman, menjadi job creator juga harus mempunyai dana yang cukup. Sebagai fresh graduation yang baru bermodal  ilmu yang didapat selama perkuliahan akan lebih sulit lagi dalam hal modal financial, salah satu jalan mendapatkan modal  ya menjadi pekerja atau job seeker untuk beberapa waktu agar mendapatkan dana yang cukup untuk memulai usaha.
MEA 2015 sudah didepan mata, tentu tak mudah bersaing mencai pekerjaan di kondisi tersebut. Tidak hanya pekerja dari negri sendiri, pekerja dari negri luarpun ikut bersaing di Negara ini. Persaingan makin ketat, lapangan pekerjaan semakin sedikit. Bagai mana persiapan kita untuk menghadapi itu semua ?.
Hanya berbekal ijazah pendidikan tertinggi terakhirpun tidak cukup, kita harus mempunyai kelebihan agar bisa bersaing. Kemampuan dibidang akademik yang sudah kita dapat harus terus diasah, selain itu kemampuan berbahasa asingpun harus kita kuasai. Teruslah mencari pengalam agar kemampuan kita makin berkembang,. Harus berani mencoba hal baru, jangan hanya berdiri di zona nyaman. Dengan improfisasi yang telah kita alami akan menambah kemampuan yang kita punya.
Job seeker atau job creator tidak ada yang salah dari keduanya, yang terpenting adalah kenyamanan dan tanggung jawab atas apa yang kita pilih.