Jual barang mentah, ekonomi daerah
perbatasan masih rendah
Merdeka.com - Meski memiliki kekayaan
sumber daya alam, namun, ekonomi di daerah perbatasan masih tumbuh rendah.
Soalnya, sumber daya alam itu kebanyakan dieksploitasi dan diolah oleh
Malaysia.
"Banyak komoditas daerah perbatasan seperti
ikan teri Ambalat di Pulau Sebatik, Kalimantan Barat, dikirim ke Malaysia dan
diolah di sana kemudian dikirim kembali ke Indonesia. Pisang mentah juga banyak
yang seperti itu," ungkap Deputi II Badan Nasional Pengelola Perbatasan
(BNPP) Suhatmansyah dalam rapat kerja nasional Kamar Dagangan dan Industri
(Kadin) Indonesia, Jakarta, Senin (28/10).
Selain itu, Suhatmansyah menerangkan, ekspansi
bisnis Malaysia ke daerah perbatasan cukup kuat. Itu dilakukan, antara lain,
lewat penguasaan perkebunan.
"Ada 170 kawasan perkebunan kelapa sawit di
Sintang, Kalimantan Barat tetapi kebanyakan milik Malaysia. Lalu ada
pertambangan batu bara juga banyak yang dimiliki negara asing," imbuhnya.
Kondisi itu sama sekali tidak mendorong
pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan. Alih-alih bermanfaat, penguasaan
komoditas oleh Malaysia justru semakin menciptakan kemiskinan di sana.
"Sebanyak 18,7 persen kemiskinan tumbuh di
kawasan perbatasan sedangkan rata-rata pertumbuhan kemiskinan nasional hanya
14,1 persen. Akibatnya, wilayah perbatasan sering kali disebut wilayah
terbelakang, termiskin dan terbodoh."
Analisis:
Meski memiliki kekayaan sumber daya alam, namun
ekonomi di daerah perbatasan masih tumbuh rendah. karena sumber daya alam itu
kebanyakan dieksploitasi dan diolah oleh Malaysia. Selain itu ekspansi bisnis
Malaysia ke daerah perbatasan cukup kuat. Itu dilakukan, antara lain, lewat
penguasaan perkebunan. Kondisi itu sama sekali tidak mendorong pertumbuhan
ekonomi di kawasan perbatasan. Alih-alih bermanfaat, penguasaan komoditas oleh
Malaysia justru semakin menciptakan kemiskinan di sana.
http://www.merdeka.com/uang/jual-barang-mentah-ekonomi-daerah-perbatasan-masih-rendah.html
Dikutip tanggal : 02-11-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar