Impor BBM melambat, perdagangan dan
fiskal nasional makin sehat
Merdeka.com - Menteri Perdagangan Gita
Wirjawan menyatakan kebijakan pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
memberi dampak positif pada perdagangan. Menurut dia, hal serupa juga terjadi
pada sektor fiskal.
Pengurangan subsidi BBM dengan cara menaikkan
harga berimplikasi pada meredanya impor BBM itu sendiri. Selama ini impor BBM
menjadi penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan Tanah Air.
"Ini dahsyat karena ada dua hal yang
terpenuhi. Satu pengurangan impor dan satu lagi pengurangan subsidi BBM. Ini
bagus, bukan cuma perdagangan tapi fiskal juga," ujar Gita usai menghadiri
pengajian di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (27/10).
Gita mengatakan, lonjakan impor sektor migas
selama ini karena penggunaan BBM yang semakin bertambah akibat bertumbuhnya
perekonomian. Hal itu membuat anggaran subsidi BBM membengkak.
"Sampai kemarin kita defisit hanya karena
migas, mencapai USD 8,5 miliar. Sedangkan non migas surplus USD 3,5
miliar," terang dia.
Lebih lanjut, Gita menyatakan, kenaikan harga BBM
turut menyumbang dampak positif berupa kebijakan penggunaan Bahan Bakar Nabati
(BBN).
"Kenaikan harga BBM akhir Juni dan sikap
kita untuk biofuel. Kita bisa mencapai 10 persen dari total kita menggunakan kelapa
sawit," pungkas dia.
Analisis:
Dampak dari keterlambatan BBM import adalah kelangkaan BBM dan otomatis
disertai kenaikan harga BBM, Mungkin bagi sebagian orang, kenaikan BBM
merupakan malapetaka, karna harus mengeluarkan uang lebih dari biasanya. Tapi
disisi lain kenaikan BBM ini dapat menurunkan tingkat import BBM itu sendiri,
dan mengurangi jumlah subsidi yang harus dikucurkan pemerintah. Subdsidi
berkurang, maka berkurang pula defisit neraca perdagangan Negara ini.
Dikutip Tanggal : 02-11-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar