Job
creator atau job seeker ???
Setelah lulus mau jadi apa kita nanti ?, itulah
pertanyaan yang selalu ada dibenak para wisudawan/wisudawati, begitu juga
dengan saya yang sebentar lagi memasuki semester terkakhir dalam menempuh
pendidikan S1 Akuntansi. Apalagi tahun 2015 akan dilaksanakan MEA ( Masyarakat
Eonomi Asean). Persaingan didunia pekerja semakin ketat. Bukan hanya
keberuntungan saja yang kita butuhkan, keahlian dan kecerdasan juga menjadi
penolong untuk bersaing.
Menjadi pekerja atau Wirausaha itulah yang sedang
dipikirkan para fresh graduation (biasa kita sebut seperti itu). Dari kecil
saya bercita cita menjadi guru, ya otomatis saya menjadi pekerja atau job
seeker, tapi terkadang saya juga ingin bekerja sesuai dengan keahlian saya, menjadi
seorang akuntan misalnya, atau menjadi seorang auditor di suatu perusahan
ternama. Menjadi akuntan yang baik bukan lah hal mudah. Belajar selama
prkuliahan saja rasanya sudah cukup menguras otak, apa lagi saya harus bekerja
sebagai akuntan atau bahkan auditor yang tenaga dan keahliannya sangat diforsir.
Suka atau tidak harus ikut dengan peraturan perusahaan yang telah dijalankan
sebelumnya, mulai dari jam masuk, jam pulang, hingga hari libur. Bahkan gaji
yang didapat terkadang tidak sesuai ddengan tanggung jawab yang diemban.
Rasanya job seeker terasa mengemban beban yang
lebih dibanding job creator. Tidak bermaksud untuk membandingkan antara
keduanya, hanya saja saya memandang dari sisi job seeker. Tapi resiko dalam
kegagalan financial yang ditanggung oleh job seeker lebih rendah disbanding job
creator. Maksudnya, job seeker setiap bulan pasti mendapatkan gaji yang telah
disepakati, mungkin job creator lebih sering
mendapatkan pendapatan dengan nominal lebih besar disbanding jjob
seeker, tapi tidak menutup kemungkinan akan mengalami kegagalan pendapatan di
waktu yang tak tentu. Untuk menghindari itu saya lebih tertarik pada job
seeker.
Menjadi job creator tidak mudah, harus mempunyai
pengalam dan pemikiran yang matang agar usahanya bias mengembangkan sayap.
Tidak hanya pengalaman, menjadi job creator juga harus mempunyai dana yang
cukup. Sebagai fresh graduation yang baru bermodal ilmu yang didapat selama perkuliahan akan
lebih sulit lagi dalam hal modal financial, salah satu jalan mendapatkan modal ya menjadi pekerja atau job seeker untuk
beberapa waktu agar mendapatkan dana yang cukup untuk memulai usaha.
MEA 2015 sudah didepan mata, tentu tak mudah
bersaing mencai pekerjaan di kondisi tersebut. Tidak hanya pekerja dari negri
sendiri, pekerja dari negri luarpun ikut bersaing di Negara ini. Persaingan
makin ketat, lapangan pekerjaan semakin sedikit. Bagai mana persiapan kita
untuk menghadapi itu semua ?.
Hanya berbekal ijazah pendidikan tertinggi
terakhirpun tidak cukup, kita harus mempunyai kelebihan agar bisa bersaing.
Kemampuan dibidang akademik yang sudah kita dapat harus terus diasah, selain
itu kemampuan berbahasa asingpun harus kita kuasai. Teruslah mencari pengalam
agar kemampuan kita makin berkembang,. Harus berani mencoba hal baru, jangan hanya
berdiri di zona nyaman. Dengan improfisasi yang telah kita alami akan menambah
kemampuan yang kita punya.
Job seeker atau job creator tidak ada yang salah
dari keduanya, yang terpenting adalah kenyamanan dan tanggung jawab atas apa
yang kita pilih.